Lanjutan......
Dari DOKTOR BATANG PISANG-sekali berbuah setelah itu mati-
Sampai GURU BESAR HANYA NAMA (GBHN): Nestapa Kaum Intelektual di Sumbar
III. Induksi dan Deduksi
Jika dicermati dua bagian di atas, saya berusaha (mungkin saja berhasil atau malahan gagal total) mengungkapkan satu fenomena intelektual di Unand dalam bahasa dan kasus yang populer juga. Adapun kaitannya dengan pelatihan ini adalah upaya mengungkapkan karya yang hendak dihasilkan haruslah menyentuh persoalan yang terjadi di sekitar kita ataupun yang aktual dan yang awet. Menurut hemat saya, menulis buku, baik buku ajar maupun ilmiah, hendaklah populer. Populer di sini diartikan mulai dari pilihan kata yang mudah dicerna (dengan demikian ini menyangkut fungsi bahasa yang tak hanya sebagai alat komunikasi semata, apa lagi slogan asal bisa dimengerti saja, tetapi juga bahasa sebagai alat untuk berpikir) sampai persoalan hidup orang banyak (jangan tanyakan kepada saya bagaimana mempopulerkan kata-kata dalam buku-buku matematika, kimia ataupun teknik. Itu bukan bidang saya dan yang lebih penting lagi adalah saya juga bukan Prof.). Kalau bahasa dan kasus yang dikemukakan dalam buku (baik buku ajar maupun buku lainnya) tidak populer ataupun menyangkut hidup orang banyak, siapa yang mau mendanai, apalagi membacanya. Bisa-bisa karya yang telah ditulis dengan susah-payah itu masuk keranjang sampah. Siapalah penulis yang suka hal-hal seperti ini.