Permainan Anak Nagari Di Minangkabau Versus Game Online

PERMAINAN ANAK NAGARI 
DI MINANGKABAU versus GAME ONLINE

Ilustrasi Gambar
 Sumber: Google Bangkok.com
Bagi generasi lama suku bangsa Minangkabau, mereka tentu ingat berbagai pamenan (permainan) yang pernah mereka mainkan, lihat dan ketahui. Coba kita simak beberapa puluh permainan berikut; Sipak Rago, Ulu Ambek, Alang-alang (Darek dan Pasisia), Randai (Silek), Buru Babi, Pacu Jawi, Adu Kabau, Pacu Itiak, Pacu Kudo, Basijobang, Salawat Dulang, Bagurau (Saluang), Batombe, Adu Ayam, Lukah Gilo, Adu Baruak, Palabak, Gandang-gandang, Main Congkak, Mamanjek Batang Pinang, Adu Balam, Adu Jawi, Patok Lele, Slaju Sampan, Tumbuak Lasuang, Dabuih,  Barabuik-rabuik
karambia 5 buah, Antak-antak aia, Ratik tabajuah/ratik sabatang mambantai, Mariam batuang, Simancik, Mambuek dan main oto-otoan dari batuang dan dari potongan palapah karambia mudo, Maluncua jo palapah karambia atau pelepah pinang dari kelandaian bukik, Gasiang, Mancari lundi, Cak bur, Main kelereng, Main kajai, Main Dama, Tikuak anam, Barabab, Basaluang, Manciang, Sepak tekong, Main galah, Main suruk-surukan/ Cirik Mancik, Semba lakon, Kudo kepang,  Engrang, Tamtam Tabuku, Gasiang dari tutuik limun/boto, Pacu anjiang dan sebagainya.
Permainan tersebut tersebar diberbagai tempat di ranah Minangkabau. Barangkali jumlahnya ratusan, tapi beberapa puluh permainan seperti yang teridentifikasi diatas barangkali ada yang sama bentuk memainkannya tapi beda penyebutan nama dari satu tempat ke tempat lainnya.
Timbul sebuah  tanda tanya; apakah berbagai permainan itu masih didukung dan dimainkan atau dilakoni oleh generasi hari ini? Masihkan parintang-rintang hari (mengisi waktu senggang) diwarnai dengan berbagai permainan tradisional. Meskipun ada, tapi sudah jarang tampak. Adapun hanya pada waktu dan event tertentu yang sifatnya digerakkan atau dimobilisasi. Atau hanya menjadi sebuah rangkaian pada perhelatan tdak lagi mandiri. Padahal pamenan (permainan) tradisional anak nagari itu dahulu dimainkan dan dilakoni secara spontan.
Bukankah permainan-permainan tradisional itu sarat filosofi hidup. Ragam pesan dan ajaran budi pekerti, moral dan perilaku. Kalau kita simak satu persatu dari sekian puluh permainan tradisional itu menuntut berbagai hal. Ada diantaranya yang menuntut ketangkasan, kekuatan fisik, kecerdasan dan kecerdikan, kecepatan dan ketepatan, kreatifitas dan imajinatif, keberanian, kepemimpinan dan tanggungjawab.
Sipak rago misalnya sebagai contoh.Sepintas permainan sipak rago ini tidak beda dengan olah raga takraw. Sama-sama bernuansa olah raga, memainkan bola dengan keahlian sedemikian rupa. Sedikit perbedaan jika sepak takraw dimainkan dalam posisi berhadapan (perlawanan). Berusaha mengalahkan dan mematikan bola di daerah kompetitor. Artinya ada yang dikalahkan dan ada yang menang.
Lain halnya dengan Sipak Rago. Permainan sipak rago diawali mulai dengan mencaari bahan rotan secara bersama-sama. Setelah diperoleh, rotan dibersihkan dan diolah hingga didapat kulit rotan yang baik. Kulit rotan olahan kemudian secara bersama-sama dianyam sedmikian rupa hingga membentuk bola layaknya bola takraw. anyaman diusahakan serapi dan sekuat mungkin agar tidak mudah buyar waktu disepak dari satu kaki pemain ke kaki pemain lainnya. Apa artinya disini? Semangat kegotong royongan, kebersamaan dan kebulatan tekad untuk melalukan dan mencapai sesuatu usaha yang baik tentunya.
Bola sipak rago dari rotan dimainkan dalam posisi berbentuk lingkaran, dibentuk dari pemain 5, 6 atau sampai 10 orang. Waktu pelaksanaan permainan biasanya pada sore hari kala waktu senggang usai melaksanakan tugas dan usaha utama seperti bertani, berdagang atau sepulang dari usaha dan tugas lainnya. Bola rotan dimainkan dengan disepak menggunakan kaki dan berusaha bola melambung keatas dan tidak boleh jatuh menyentuh tanah. Setelah melalui olahan, artinya bola dikontrol untuk memberikan operan yang baik kearah pemain lainnya. Begitupun satu pemain ke pemain lainnya.
Betapun namanya bola yang berbentuk bundar, apalgi dari bahan rotan yang dianyam. Tentulah permukaannya tidak rata. Pergerakkan liar bola kadang tak dapat dihindari. Tapi itulah tugas pemain yang sedang memgang atau menerima bola, berusaha menjinakkan bola sebelum dioper ke pemain lain. Kalau operan dalam keadaan bola liar, permainan akan menjadi tidak baik.
Nah..... usaha mengontrol bola lia (liar) dan memberikan operan bola jinak (jinak/terkontrol) bukan tidak memiliki arti dan makna yang dapat dijadikan pembelajaran dalam bertindak dan berperilaku dalam kehidupan terlebih dalam pergaulan sosial kemasyarakatan. Nilai moral yang dapat kita petik adalah jika seseorang memberikan sesutu yang membahayakan dan mencelakakan (bola lia/liar) tidak harus dikembalikan atau dibalas dengan kondisi yang sama. Tindakan yang harus dilakukan adalah memanajemen sesuatu yang membahayakan tadi sebaik-baiknya sehingga giliran mengembalikan/mengarahkan pada yang memberikan atau pada orang/pemain lain bola dalam keadaan baik (bola jinak).
Secara tidak langsung dalam permainan sipak rago mengajarkan bahwa perlakuan buruk dari orang lain kepada kita agar tidak dibalas dengan perlakuan yang buruk pula. Tapi membalas keburukan dengan kebaikan.
Pesan dan nilai-nilai moral seperti ini juga kaya dalam berbagai permainan lainnya. Kala lampau, ketika surau, lapau,dangau eksis menjadi bagian pranata sosial penting di ranah Minangkabau, nilai dan pesan moral yang tersirat  beredar disini. Disampaikan secara lisan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Ada pun permainan dimainkan, sekarang sudah tidak banyak diketahui nilai dan falsafah yang terkandung didalam. Jadilah permainan kehilangan roh  dan sebatas permainan. Kalau dikata istilahkan putiak ndak lai ditampuaknyo, buruang ndak lai disarangnyo (putik/buah tidak lagi ditampuknya, burung tidak lagi disarangnya). Makna secara sederhana kita bahwa segala sesuatu sudah tidak lagi pada tempat semestinya. Semua sudah berpindah tempat dan berlaih fungsi.
Begitulah fakta dan kenyataan hari ini. Pamenan (permainan) tradisional anak nagari nan membangun jiwa, mengajarkan sikap mental positif dalam mengarungi kehidupan makin tampak samar. Tergantikan oleh permainan-permainan dengan sentuhan teknologi. Apalagi yang namanya GAME ONLINE. Anak-anak, remaja, dewasa bahkan orang tua sekalipun lebih senang berdiam seorang diri didepan sebuah layar komputer atau notebook terhubung jaringan internet sedang asyik sampai lupa waktu memainkan tawaran berbagai game. Apa yang didapat ? renungan dan jawaban kembali pada kita semua.