Sang Pelopor Diversifikasi Kerajinan Anyaman Pandan (pandanus handicraft) Paninggahan

Sang Pelopor Diversifikasi Kerajinan
Anyaman Pandan (pandanus handicraft) Paninggahan[1]
 (2/2 dari Tulisan Berkaitan)
Foto; Koleksi Pribadi Penulis
Mis, begitu panggilan akrabnya, bernama lengkap Misnawati Mukhtar. Dilahirkan di Paninggahan 13 Juni 1956 dari rahim ibu Nurlela Aoetad dengan ayah Mukhtar Mohamad Syah. Misnawati Mukhtar kecil, lebih banyak di rantau bersamanya ayahnya. Mukhtar Mohamad Syah, ayah Misnawati Mukhtar adalah perantau dengan profesi pedagang yang selalu berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Hal itu dilakoni dalam usaha mencari nafkah untuk menghidupi keluarga.
Mau tidak mau Misnawati Mukhtar juga ikut pindah diboyong kemana ayahnya berpindah daerah rantau. Akibatnya, dalam soal pendidikan Misnawati Mukhtar menjalaninya dibeberapa daerah. Pendidikan Sekolah Dasar pertama di laluinya di Muaro Bungo pada tahun 1963. Satu tahun kemudian ia pindah ke Jakarta mengikuti ayahnya yang pindah berdagang ke ibu kota negara RI itu. Belum lagi tamat dari Sekolah Dasar, Misnawati Mukhtar kembali pindah sekolah ke kampung halamannya. Sekolah Dasar akhirnya ditamatkan ditanah kelahirannya Paninggahan. Sekolah lanjutan Menengah Pertama (SMP) dan Menengah Kejuruan (SMEA) diselesaikannya tahun 1975 di kota beras, Solok.
Ketika menempuh pendidikan selama dikampung halamannya Misnawati Mukhtar mengenal anyaman pandan. Belajar dan bisa sedikit-sedikit menganyam tidaklah didalaminya seperti kebanyakan perempuan sezamannya. Sebab Misnawati Mukhtar berlatar keluarga perantau dan berdagang. Lantas buat apa Misnawati Mukhtar mau mengenal dan belajar menganyam ? Seperti diungkapkan sendiri Misnawati Mukhtar kepada penulis.
      “Kurang lengkap dan malu rasanya menjadi perempuan Paninggahan, kalau tidak bisa menganyam. Janggal dan tidak enak dilihat atau diketahui orang/lingkungan sekitar. Dimasa saya itu belum banyak pilihan kegiatan dan pekerjaan, paling juga bertani, nelayan atau pekerjaan rumah tangga. Merantau juga belum banyak dilakoni orang Paninggahan. Menganyam selain mengisi waktu selama dirumah juga menjadi identitas kami sebagai perempuan Paninggaha. Bahkan dengan aktivitas menganyam sebenarnya bisa menghasilkan uang secara ekonomi. Dari segi lingkungan menjadi sarana sosialisasi dan kontrol sosial. Maksudnya kalau perempuan sudah sibuk dan menghabiskan waktunya dengan kegiatan menganyam, kan tidak sempat keluyuran.  Sehingga dengan demikian hal-hal yang mengundang permaslahan dan menjadi pembicaraan atau gunjingan masyarakat tidak akan terjadi. Apalagi ditengah kehidupan kampung yang masih ketat dan kental dengan nilai-rangkat nilai adat. Terlebih bagi anak perempuan, segala gerak-gerik dan tindak tanduknya diawasi banyak orang. Tidak seperti sekarang, anak-anak banyak menghabiskan waktunya dengan hal-hal yang kurang bermanfaat”  
   Darah dan budaya merantau Mukhtar Mohamad Syah, ayah Misnawati Mukhtar tampaknya menurun padanya. Ditahun 1975 itu Setamat dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMEA) Misnawati Mukhtar berangkat menuju Jambi. Di Jambi Misnawati Mukhtar bekerja di perusahaan pengolahan kayu hampir satu tahun lamanya. Mengingat Misnawati Mukhtar seorang anak gadis, atas saran, bujukan dan permintaan ayahnya agar di Jakarta saja bersama-sama dan dapat membantu berdagang. Misnawati Mukhtar pun berangkat menuju Jakarta meninggalkan Jambi. Disela-sela membantu ayahnya berdagang Misnawati Mukhtar di Jakarta juga mengikuti kursus menjahit.
Diusia Misnawati Mukhtar yang sudah patut berumahtangga, Misnawati dipertemukan jodohnya seorang pemuda berasal dari kampunga halaman yang sama Paninggahan. Tahun 1980 Misnawati Mukhtar menikah, satu babak kehidupan berumahtangga dengan Kusmin pun diarungi. Setahun pernikahan dengan Kusmin, Misnawati Mukhtar dianugerahi seorang putra yang diberi nama Rolis yang lahir ditahun 1981. Tahun 1987 Misnawati Mukhtar kembali pulang kampung dan bekerja sebagai karyawan bagian pembukuan pada Koperasi Unit Desa (KUD) Paninggahan. Setahun kemudian di tahun ke delapan pernikahannya (1988) biduk rumahtangga Misnawati Mukhtar pun dihempas gelombang hingga karam ditahun 1992.
Misnawati Mukhtar, dengan segala usaha dan dukungan keluarga terus menata kehidupan. Berawal bekerja di KUD ini Misnawati Mukhtar semakin didekat dengan yang namanya anyaman pandan. Terutama saat-saat ada program kegiatan pembinaan yang berkaitan dengan anyaman pandan di Paninggahan. Program-program pembinaan dari Pemerintah Kabupaten Solok melalui Dinas Perindutrian dan Perdagangan beberapa tahun belakangan selalu masuk melalui KUD. Misnawati Mukhtar selalu ikut serta dalam pelatihan-pelatihan yang diadakan di KUD tempatnya sehari-hari berkegiatan. Bagi Misnawati Mukhtar pelatihan itu menarik karena mempenalkan aneka produk yang dapat dibuat dari anyaman pandan. Berbeda dari hasil anyaman yang selama ini berkembang di Paninggahan hanya sebatas tikar dan tikar. Kalaupun ada bentuk lain seperti kampia, dan tempat padi/beras jarang sekali, itupun dibuat untuk kebutuhan ngarajin sendiri.
Selama dua hari pelatihan bertempat di Kantor Camat Perwakilan IX Koto Singkarak Paninggahan saat itu. Bersama dua puluh orang peserta lain, Misnawati Mukhtar mengikuti paparan dan workshop yang diberikan instruktur yang difasilitasi Pemerintah Kabupaten Solok tersebut. Pelatihan membuat cenderamata Sebagai bentuk diversifikasi produk anyaman pandan selama dua hari membuka wawasan Misnawati Mukhtar dan peserta lainnya. Berselang dua bulan sehabis pelatihan, Misnawati Mukhtar mendapat kesempatan untuk belajar lebih lanjut ke Tasik Malaya. Bukan sekedar berkunjung biasa, dibahu Misnawati Mukhtar tersandang misi dan tugas sebagai agen perubahan bagi peningkatan dan kemajuan anyaman pandan nanti sekembalinya.
Dua minggu kesempatan di Tasik Malaya dimanfaatkan Misnawati Mukhtar belajar secara aktif membuat aneka produk dari bahan dasar pandan. Baginya perkembangan anyaman pandan Tasik Malaya sangat maju, aneka produk yang dihasilkan pun sudah puluhan macam dan bentuknya. Bagaimana dengan anyaman pandan dikampung halamannya? Produk anyaman pandan Paninggahan masih monoton berkutat pada satu sampai tiga macam  bentuk produk saja.
Pengalaman pertama itu melecut semangat dan Misnawati Mukhtar bertekad untuk bisa pula mengembangkan kerajinan anyaman pandan Paninggahan. Apalagi kerajinan kerajinan berbasis tradisi yang bernilai ekonomi itu sudah banyak ditinggalkan. Terutama kaum perempuan muda.
Berkembangnya kerajinan anyaman pandan Tasik Malaya ternyata tidak cukup waktu dua minggu bagi Misnawati Mukhtar untuk menguasai lebih dalam soal diversifikasi (penganekaragaman) produk kerajinan anyaman pandan. Untuk itu pada tahun 1989, secara mandiri tanpa menunggu-nunggu sokongan pemerintah seperti pada kesempatan awal, Misnawati Mukhtar kembali berangkat ke Tasik Malaya. Untuk menguasai secara matang, Misnawati Mukhtar menerapkan pola belajar tersendiri. Setiap hasil pekerjaan yang selesai dikerjakan selama belajar, Misnawati Mukhtar membuka dan mengurainya kembali. Itu dilakukan Misnawati Mukhtar untuk mengetahui langkah-langkah dan tahapan pekerjaan dari sebuah bentuk produk.
Dua kali sudah mengikuti belajar khusus. Upaya Misnawati Mukhtar untuk menghasilkan aneka produk anyaman pandan terus ia lanjutkan disela-sela waktu luang di kampung halamannya Paninggaha. Terkadang sesekali rasa bosan dan putus asa itu datang juga menghampirinya. Hal itu tampak dari kisah perjalanannya memasuki dunia anyam-menganyam. Rasa bosan dan buntu dalam menyelesaikan sebuah pembuatan model produk dilampiaskan Misnawati Mukhtar dengan meninggalkan dulu dan pergi mengikuti ayahnya beberapa saat. Bahkan Misnawati Mukhtar membakar kerajinan yang tak kunjung selesai-selesai juga atau bentuk dan mutunya yang belum juga sempurna. 
Tantangan dalam dan luar diri, itulah lawan Misnawati dalam usaha menerobos tardisi. Apalagi ditanah kelahirannya, meskipun anyaman pandan sudah berabad lamanya hidup dengan segala tantangan dan pasang surutnya. Bentuk kerajinannya tak banyak berubah. Cemoohanpun juga tidak luput dari orang-orang yang tidak memahami apa yang dilakukan Misnawati Mukhtar. Wajar saja, mengolah daun bukanlah pekerjaan mudah dari mendapatkan hingga helaian demi helaian dianyam sebaik dan serapi mungkin mengasilkan barang. Tidak dengan Misnawati Mukhtar, begitu anyaman yang lebar selesai dibuat, malah dipotong-potong dibentuk beragam rupa. Suatu pemanda ngn yang tidak lazim memang terjadi Paninggahan. Misnawati Mukhtar pun kadang disangka orang yang sedang terganggu jiwanya. Maklumlah hidup dialam kampung pembicaraan miring dan dikait-kaitkan dengan kehidupan rumahtangganya yang berlalu menjadi bumbu pembenaran penilaian bahwa Misnaawati Mukhtar sedikit stress. Tikar pandan yang sudah selesai dianyam kok dipotong-potong.
Kondisi seperti itu tidak menyurutkan semangat Misnawati Mukhtar untuk terus mencoba dan mencoba lagi. Usaha Misnawati Mukhtar merobah tikar pandan menjadi aneka produk mulai tampak ditahun 1991. Beberapa jenis produk mulai dihasilkan seperti tikar pandan hias, tas, topi dan map. Produksi buah kreasi anayaman pandan perdana Misnawati Mukhtar coba dipromosikan melalui Hotel Sumpur Kudus di Malalo Tanah Datar, nagari tetangga sekitar Danau Singkarak juga. Namun transportasi yang tidak lancar rute Paninggahan-Malalo dan sebaliknya kala itu, menyulitkan mobilitas Misnawati Mukhtar dengan produk-produk terobosannya.
Misnawati Mukhtar pun mencari peluang lain dengan mengikuti pameran-pameran tingkat lokal. Untuk pertama kali ditahun 1991, Misnawati Mukhtar mengikuti pameran dagang yang diselenggaran Pemerintah Kabupaten Solok dalam rangka memeriahkan hari kemerdekaan RI 17 Agustus. Tidak sekedar ikut memamerkan produknya, Misnawati juga aktif mengikuti lomba membuat aneka produk dari anyaman pandan. Misnawati Mukhtar mengikutsertakan hasil kreasinya berupa tas anyaman pandan. Produk tas dari anyaman pandan kreasi Misnawati Mukhtar meraih juara pertama. Atas prestasi itu Misnawati Mukhtar mendapat hadiah berupa uang pembinaan dan pesanan produk berupa map dari Bupati dan Dewan Kerajinan Nasional Kabupaten Solok. Orderan perdana Misnawati Mukhtar dalam jumlah banyak berawal dari sini. Untuk menambah modal memenuhi pesanan-pesanan produk anyaman pandannya. Misnawati Mukhtar mendapat dukungan kredit dari bank BRI pada kantor Cabang Pembantu Saning Bakar.
Menyadari potensi dan dengan mulainya usaha panjang Misnawati Mukhtar menampakkan hasil dan peluang pasar. Atas arahan dan dorongan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Solok, pada tahun 1992 Misnawati mendaftarkan usahanya dengan Nomor Surat Pendaftaran Industri Kecil 153/33150/02/IK/IX/92 dengan nama bdan usaha ‘PERDANA’ yang berlokasi di Gando nagari Paninggahan Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok.[2] Nama “PERDANA’ mengandung makna bahwa diversifikasi produk anyaman pandan Paninggahan berawal dan dipelopori oleh Misnawati Mukhtar. Tanpa mengecilkan peran serta kelompok-kelompok pengrajin dan atas dukungan pihak-pihak terkait dan peduli akan nasib dan masa depan serta potensi ekonomi, tradisi dan budaya menganyam di Paninggahan, kita akan singgung sejauh mana peran kelompok pengrajin dalam pembahasan lainnya.
Mendaftarkan usahanya sebagai kelengkapan administrasi, bukanlah usaha sia-sia. Terbukti pada masa-masa berikutnya usaha Misnawati Mukhtar ini memperoleh dukungan dana Usaha Ekonomi Desa (UED) ditahun 1993. Kemudian PT. Semen Padang melalui anak perusahaan PT. Igasar menjadikan usaha kerajinan diversifikasi produk anyman pandan “Perdana’ sebagai ‘Anak Angkat’ perusahaan.[3] Bantuan permodalan berupa dana dan peralatan diperoleh Misnawati Mukhtar untuk meningkatkan usahanya. Pasar produk diversifikasi anyaman pandan yang diusahakan Misnawati Mukhtar bersama kelompok pengrajin yang dalam naungannya juga dibantu dalam soal pemasaran. PT. Igasar dan Dinas Perindustrian dan Peragangan Kabupaten Solok membuka akses pasar dan promosi diberbagai daerah Sumatera Barat, keluar daerah seperti Bali, medan, Sulawesi dan Jakarta.[4]
Dukungan demi dukunagn diraih Misnawati Mukhtar untuk dapat terus mengembangkan diversifikasi produk anyaman pandan Paninggahan. Ditahun 1998 usaha Misnawati Mukhtar kembali ‘apak angkat’ bagi usahanya. Bantuan modal usaha berupa pinjaman lunak seperti sebelumnya kian memantapkan dan meyakinkan semangat Misnawati Mukhtar. Sedikit berbeda dengan sebelumnya PT. Astek tidak memberikan bantuan pemasaran.Tanggungjawab penciptaan peluang pasar dikembalikan kepada lembaga pembina Dinas Perindustrian dan Perdaganagn kabupaten Solok dan kepada Misnawati Mukhtar sendiri. Instansi pembina ketika itu menyalurkan pemasaran melalui PT. Multi Industri Indonesia (MII) yang berada dalam naungan instansi itu sendiri. Melalui lembaga perusahaan MII produk anyaman pandan berupa diversifikasi memasuki pasar hotel-hotel dan pekantoran di kota Padang.
Misnawati Mukhtar semakin giat mengelola dan mengembangkan kerajinan anyaman pandan dengan wajah diversifikasinya. Sebagai ujung tobak Misnawati Mukhtar aktif dalam berbagai forum seperti kegiatan Gugus Kendali Mutu. Mengamati selera dan trend pasar menjadi pusat perhatian Misnawati Mukhtar, mengikuti berbagai pelatihan adalah ajalan bagi Misnawati Mukhtar menemukan inovasi dan kreasi barunya.
Aktivitas menganyam menggeliat terutama pada kelompok pengrajin yang menajadi mitra Misnawati Mukhtar sebagai penyedia bahan setengah jadi anyaman serupa tikar pandan. Tapi bagian pingggirnya tidak dikunci seperti tikar pandan biasa. Melihat kondisi itu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Solok belum berhenti memberikan dukungan. Maka di tahun 1995 didirikanlah ‘Asosiasi Pandan Serumpun’ dibawah arahan bapak A. Rusmi.pada organisasi ini Misnawati Mukhtar diposisikan sebagai sekretaris sekaligus pengrajin motivator. Penyuluhan dan pembinaan ditingkat pengrajin secara langsung berada dipundak Misnawati Mukhtar. Untuk itu Misnawati Mukhtar membekali diri dengan ikut berbagai pelatihan pengembangan pasar, amanajemen usaha, inovasi dan kreasi desain produk. Apa yang diperolehnya itulah nanti yang akan dibagikan kepada para pengarajin dalam binaannya. Terlebih hasil anyaman kerajinan akan ditampung Misnawati Mukhtar yang kemudian diolah lagi menjadi berbagai macam bentuk dan jenis produk. Oleh karenanya standar, pengendalian kwalitas dan mutu terus dijaga dan ditingkatkan melalui berbagai kegiatan berbagi informasi.
Berkat kepeloporan dan dukungan yang diperoleh Misnawati Mukhtar melalui usaha panjangnya. Kerajinan anyaman rakyat yang sempat tergilas modernisasi, kembali hidup. Tidak sekedar bertahan, malah kerajinan anyaman pandan Paninggahan hadir dalam wajah diversifikasinya. Tikar pandan kini dapat diolah menjadi aneka produk berupa peralatan, souvernir/cenderamata dan berbagai bentuk hiasan. Ia pantas diacungi jempol dan diapresiasi dalam bentuk dukungan positif secara moril dan materil. Harapan itu terutama kepada pemerintah, swasta, organisasi maupun kelompok dan perorangan yang punya kepedulian. Apalagi sebuah nilai tradisi dan budaya dengan potensi ekonominya.
Namun yang lebih membahagiakannya adalah dapat mengembangkan dan berbagi keterampilannya dengan kaumnya tidak hanya didaerah asalnya Paninggahan tapi juga keberbagai tempat didaerah melalui kepiawaiannya berbagi pengalaman pada pelatihan-pelatihan.[5]
Kengototan dan keteguhan hati Misnawati Mukhtar dalam mengupayakan kerajinan anyaman pandan Paninggahan memang telah menjadi sebuah babak dan torehan catatan sejarah perkebangan kerajinan anyaman pandan di Paninggahan khususnya, Sumatera barat bahkan di Indonesia barangkali patut mendapat tempat. Bagaimana tidak, anyaman pandan Paninggahan mampu menerobos pasar dunia.
Segala prestasi itu bukan berarti tanpa halang dan rintangan. Bagaimanapun kondisi ekonomi, pasar dan kemampuan konsumen tetaplah menentukan. Krisis ekonomi petengahan 1997 yang membawa gerakkan massa. Dipelopori mahasiswa merata diseluruh daerah di Indonesia tahun 1998 berhasil melahirakn gerakkan reformasi dengan kajatuhan ‘Orde Baru’ era Soeharto. Sebuah gerakan yang berimplikasi luas. Gerakan sosial dan politik yang merebak ke berbagai aksi tak terkendali meluas kebaerbagai tempat di daerah. Dampak sosial-politik juga bermuara pada situasi keamanan dan ekonomi luas mayarakat terutama golongan bawah.
Imbas dari semua peristiwa 1998 hingga tahun 2000-an awal itu, telak juga dihadapi industri kerajinan anyaman padan Paninggahan. Terutama bagi pengarajin yang mendiversifikasi produk anyaman pandan seperti Misnawati Mukhtar dan para pengrajinnya. Pasar produk ini menjadi mandek, karena pola pemasaran segmen produk diversifikasi yang diusahakan tidak lagi menempuh jalur pemasaran secara tradisional. Tapi pemasarannya sudah menempuh jalur-jalur keterlibatan pihak dan instansi lain. Ada ketergantungan pada satu sisi. Kondisi keamanan, kebernian pihak penampung dan daya beli konsumen turun ke level yang akut. Bayangkan 20 orang pengrajin Misnawati Mukhtar tersisa jadi 7 orang pada kondisi itu. Dari 7 orang itupun produksi tidak berjalan lancar, hanya menunggu pesanan-pesanan khusus konsumen pasti.

Bangkit Pasca Krisis Multidimensional tanah air [6]
Empat tahun berlalu, reformasi dengan segala impikasinya terhadap produk diversifikasi anyaman pandan Paninggahan, kembali mulai menemukan jalannya. Bermula ditahun 2002 ketika Henny Adli, pengusaha bordir dan tenun songket di Padang yang memiliki jaringan pemasaran luas mencoba mengawinkan dua produk menjadi satu paket pemasaran. Kemitraan usaha songket dan bordir dengan produk anyaman pandan penyediaan kotak kemasan khusus dari anyaman pandan bagi kemasan songket Hanny Adli. Sebuah terobosan mengawinkan dua produk lokal bernilai budaya. Misnawati Mukhtar selaku penyedia produk anyaman secara rutin memasok kotak kemasan setiap bulan sesuai pesanan. Kemudian selama setahun pada 2005, hotel bintang empat Bumiminang  di Padang memesan sandal untuk tamu hotel sebanyak 1.000 pasang per bulan. Tahun 2005 itu juga produk anyaman pandan rutin dipasarkan ke Malaysia sesuai pesanan.
Selain menangani pemasaran sendiri juga melalui berbagai jaringan yang mendukung usahanya. Memenuhi permintaan pasar ke hotel, toko, dan bandara.  Misnawati juga semakin sering memenuhi pesanan dari luar negeri. Apalgi diabntu adiknya Jon Adilla, yang khusus menangani pemasaran produknya di Jakarta. Jon memajang produknya di Kampoeng Indonesia G-24, Kota Wisata Cibubur dan rajin mengikuti pameran. Saat pameran di InaCraft, Jakarta, seorang konsumen asing, orang Hawaii, istri seorang bekas staf Kedutaan Amerika di Jakarta, tertarik dengan tikar pandan anyamannya.
Pembeli ini sebelumnya sudah keliling mencari tikar pandan untuk dipasok ke ke Ashfield, Sidney, Australia. Tikar-tikar itu akan dijadikan bahan dasar rok luar dan selempang dalam acara tradisional pesta perkawinan, upacara kematian, dan busana. Ketertarikan mereka berawal dari bahan pandan yang halus, lembut, dan tidak patah ketika dilipat atau digulung. Itulah kekhasan dan kekuatan pandan Paninggahan selama ini.
Lebih meyakinkan lagi, pembeli ini datang sendiri ke Paninggahan dan menyepakati pesanan perdana 200 hingga 250 lembar tikar. Hanya saja kualitas, warna, dan ukuran ditetapkan mereka. Warna coklat tua, maron, kuning, hijau tua, dan jingga yang selama ini tidak pernah dibuat Misnawaty diajarkan si pembeli dari bahan alam. Banyak transfer pengetahuan yang diperoleh untuk mencapai kualitas dari konsumen seperti mereka. Tikar anyaman pandan untuk diekspor tersebut sudah mirip tenunan songket daripada tikar pandan. Warna-warna tua dipadu dengan aneka motif menjelmakan anyaman pandan seakan selembar kain tenunan.
Saat ini Misnawati Mukhtar mendirikan “Perdana Pandanus Handicraft”, tempat belajar bagi pengrajin dari Sumatera Barat maupun dari Sumatera Utara, Riau, dan  Sumatra Selatan.Pengalaman bertahun-tahun Misnawati Menggeluti dan menciptakan aneka produk anyaman pandan mejadikan pula dirinya sebagai fasilitator dan tenaga ahli dalam berbagai pelatihan yang diselenggarakan pemerintah diberbagai daerah. Usaha Misnawati Mukhtar sudah banyak dikenal apalagi Profil Lembaga Kursus[7] sebagaimana dibawah ini dapat diakses melalui media internet.

NILEK Nasional          : 08110.1.0005
NILEK Lama              : 08110.4.1.0005/99
Klasifikasi                 : LKP Rintisan
Akreditasi                 : Belum Terakreditasi
Nama Lembaga         : LPTM KERAJINAN ANYAMAN PANDAN
Alamat                     : GANDO PANINGGAHAN KAB. SOLOK
Kabupaten/Kodya      : Kab. Solok
No Telepon                : 08197526991
No Fax                      :
Alamat Website         : 
Alamat Email            : 
Tgl. Berdiri                : 13-06-2009
Status Bangunan        : Milik Sendiri
Status Lembaga         : PT/CV/Firma
Nama Pimpinan          : MISNAWATI, MR
Pendidikan Terakhir     : SMA


[1] Tulisan ini sebagian besar diangkat dari penelitian penulis di Tahun 2003 dengan judul:Kerajinan Anyaman Pandan Di Paninggahan Kecamtan Junjung Sirih Kabupaten Solok 1987-1998­. Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas , 2004.
[2] Arsip Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil, Perusahaan Perdana
[3] Uria Dhavida dan Lisa sri Dwiyanti., Kerajinan Tradisional Anyaman Pandan Di Sumatera Barat. (Padang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Propinsi Sumatera barat ‘adhityawarman’, 1997). Hlm. 34.
[4] Jumadi., “Misnawati Mukhtar Menjadikan Daun Pandan Bernilai Ekonomi Tinggi”. Tabloid Limbago Nusantara, Edisi Perdana Padang, 1996. Hlm.25.
[5] Jumadi., Ibid.
[6] Bagian tulisan ini diangkat dan disarikan dari Menjual Anyaman Pandan ke Luar Negeri PadangKini.com, Minggu, 2/7/2008.
[7]http://www.infokursus.net, email:ditbinsus@yahoo.co.id Direktorat Pembinaan Kursus & Kelembagaan Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal-Kementerian Pendidikan Nasional