KERETA API ANGKUTAN MASSAL PERINTIS DI SUMATERA BARAT

Kereta Api Angkutan Massal Perintis 
Di Sumatera Barat
 (1 dari 2 tulisan terkait)

A.Sekilas Pembangunan Perkeretaapian Di Indonesia (Hindia Belanda)
Kereta api di Hindia Belanda (Indonesia sekarang) dimulai oleh N.V. NISM di daerah Jawa Tengah. Pembangunan diawali pencangkulan tanah pertama oleh Gubernur Jenderal tanah jajahan pada tanggal 7 Juni 1864 yang berlokasi di desa Kemijen (sekarang Stasiun Gudang Semarang). Pelaksanaan proyek pembangunan dipimpin Baron Sloet Van den Beele (1886-1866). Berselang tiga tahun kemudian jalur Semarang-Temanggung sepanjang 25 km dioperasikan sebagai angkutan umum. Meski menghadapi berbagai kendala pengerjaan terutama masalah pendanaan. Pembangunan jalur kereta api terus berlanjut dan sampai ke Yogykarta pada tanggal 10 Juni 1872.[1]
N.V. NISM berada di depan dalam pembangunan rel periode awal ini. Perusahaan ini membangun jalur rel Semarang-Surakarta-Jogja. Langkah N.V. NISM disusul 21 perusahaan kereta api lainnya. Satu diantaranya dari perusahaan pemerintah yaitu Staatsspoorwegen/SS. Dari ke 21 perusahaan kereta api itu pun 17 perusahaan tercatat memiliki manajemen dan perlatan yang berbeda.[2] Namun tidak dapat di sanksikan periode ini teknologi uap sedang berkembang pesat. Dengan demikian sudah jelas lokomotif uap tampil sebagai tonggak sejarah perkeretaapian di belahan dunia manapun. Sampai akhir Perang Dunia II terdapat 982 lokomotif dari 69 jenis.[3]

B.Pembangunan Rel dan Pengoperasian Kereta Api di Sumatera Barat[4]
Keberadaan Perkeretaapian di Sumatera Barat (Sumatra’s West Kust) tidak terlepas dari kebijakan ekonomi regional pemerintah Kolonial Belanda di Sumatera Barat pada abad ke-19. Pada saat itu Pemerintah Kolonial Belanda menyusun sebuah proyek pembangunan ekonomi yang lebih dikenal dengan proyek tiga serangkai, yaitu ;              
(1) Pembangunan  Tambang Batu Bara Ombilin (TBO),
(2) Pembangunan Jaringan Kereta Api dan
(3) Pembangunan Pelabuhan Teluk bayur
Kebijakan ekonomi tersebut merupakan ‘Pilot Project Sistemic linkage’ yang maksudnya jika salah satu dari ketiga pembangunan tersebut gagal maka hilanglah fungsi yang lainnya. Karena itu siapapun yang mengerjakannya harus mengerjakan sekaligus.
Untuk membangun proyek tiga serangkai ini (Tambang Batu bara Ombilin, Jalur Kereta Api dan Pelabuhan Teluk Bayur/Emmahaven) sampai tahun 1899 Pemerintah Kolonial Belanda telah mengeluarkan investasi yang mencapai 35.034.000 Gulden.
Dalam Gedenkboek der Staatsspoor en Tramvegen in Nederlandsch Indie 1875-1925 terbitan tahun 1925 (Buku peringatan kereta Api Pemerintah dan Train di Hindia Belanda 1875-1925) dituliskan, bahwa pembuatan jalan kereta api di Sumatera Barat dilaksankan secara bertahap dan bersambung dari tahun ke tahun.
Untuk perencanaan pembangunan jalur transportasi ini sebelumnya seorang Ahli Tambang Belanda Ir.Willem Hendrik de Greeve si penemu batubara Ombilin-Sawahlunto pun mendapat tugas ekspedisi lanjutan menelusuri kemunginan jalur transportasi batubara ombilin melalui jalur Pantai Timur. Sayang sekali de Greeve tewas hanyut terbawa arus deras batang Kuantan tahun 1972. Peristiwa naas itu terjadi setahun setelah laporan hasil eksplorasi mengenai kandungan batubara Ombilin-Sawahlunto di publikasi ditahun 1871.  De Greeve dimakamkan dekat Durian Gadang (sekarang masuk kedalam wilayah kabupaten Sijunjung-Sumatera Barat).
Pada bulan Maret 1891, usaha itu dilanjutkan oleh seorang insinyur tambang bernama  Ijzerman  yang melakukan survey trayek sepanjang 300 Km dari Muarokalaban menuju Pantai Timur dalam rangka membangun jaringan lalulintas alternatif untuk pengangkutan batubara ombilin keluar Sawahlunto.
Sementara itu Proyek pembangunan jalan kereta Api dari Pulau Air-Muaro Kalaban secara bertahap terus dilakukan, yaitu ;
1)Pembuatan jalan kereta api dari Pulau Air sampai ke Padangpanjang 71 Km selesai dalam bulan Juli 1891.
2)Padang Panjang ke Bukittinggi 19 Km selesai pada bulan Nopember 1891.
3)Padang Panjang-Solok 53 Km selesai pada 1 Juli 1892,
4)Solok- Muaro Kalaban 23 Km dan Padang-Teluk Bayur 7 Km. Kedua jalur ini selesai pada tanggal yang sama  yaitu 1 Oktober 1892.
5)Jalur kereta api dari Muaro Kalaban-Sawahlunto dengan menembus sebuah bukit berbatu yang kemudian bernama Lubang Kalam sepanjang hampir 1 Km (835 Meter) selesai pada 1 januari 1894.
Dengan terhubungnya jalur Kereta Api di beberapa tempat di Sumatera Barat yang diiringi dengan pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur jalan, maka aktifitas kereta api semakin lama semakin nampak keberadaannya di Sumatera Barat. Namun pada akhir tahun 2000 produksi batubara di Sawahlunto semakin berkurang. Secara otomatis aktifitas dan keberadaan kereta api di Sumatera Barat juga terimbas nyata. Kalaupun beroperasi  hanya sebagai alat transportasi Semen Padang dari Indarung ke Teluk Bayur Sumatera Barat. Usaha mendiversifikasi peran kereta juga dirintis untuk mempertahankan eksistensinya dengan kereta api wisata yang melayani Padang-Pariaman pada tahap awal. Perkembangan selanjutnya akan kita bahas dalam segmen lanjutan dari tulisan dibawah ini.

C.Perusahaan Kereta Api dan Trem Di Indonesia[5]
1.NIS (Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij): Semarang-Surakarta-Yogyakarta (1864-1873), Jakarta-Bogor (1869-1873), Gundih Surabaya (1900-1903), Solo-Boyolali (dibuka 1 Mei 1908), Brosot-Sewagalur (dibuka 1 April 1916), Ngabean-Pundung (1917-1919), Bojonegoro-Jatogoro (dibuka 1 Mei 1919), Solo-Wonogiri (dibuka 1 April 1922), Semarang –Tawang-Semarang Gudang-Pelabuhan (1914-1924).
2.SS (Staatsspoorwegen): Surabaya-Pasuruan-Malang (1878-1879), Pasuruan-Probolinggo (dibuka 3 Mei 1884), Surabaya-Surakarta melewati Wonokromo dan Sidoarjo (dibuka 1884), Sidoarjo-Madiun-Blitar (dibuka 16 Mei 1884), Bogor-Bandung-Cicalengka (dibuka 10 September 1884), Yogya-Cilacap (dibuka 1887), Cicalengka-Cilacap (dibuka 1894), Cicalengka-Garut (dibuka 1886), Jakarta-Priok (dibuka 2 November 1885), Tulungagung-Trenggalek (1921-1922), Madiun-Ponorogo-Sumoroto (dibuka 1907), Situbundo-Panji (dibuka 1 Mei 1908), Balong-Ambulu (dibuka 3 mei 1913), Tasikmalaya-Singapura (dibuka 15 September 1912), Jakarta-Kerawang (1887-1898), Kerawang-Rengasdengklok (dibuka 9 Februari 1920).
3.SJS (Semarang-Joana Stoomtram Maatschappij): Semarang-Genuk-demak-Kudus-Pati-Joana (1883-1884), Demak Purwodadi-Blora (1888-1894), Mayong-Pancangan (dibuka 5 Mei 1895), Wirosari-Kradenan (dibuka 1 Nopember 1898). Lasem-Jatirogo (1914-1919), Rembang-Cepu lewat Blora (1902-1903), Joana-Lasem (dibuka 1 Mei 1900), Mayong-Welahan (dibuka 10 Nopember 1900).
4.SDS (Sejoedol Stoomtram Maatschappij): Maos-Probolinggo (1896-1900, Banjarnegara-Wonosobo (1916-1900), Banjarnegara-Wonosobo (1916-1917).
5.OJS (Oost-Java Stoomtram Maatschappij): Ujung-Monokromo-Sepanjang-Krian (1889-1898), Mojokerto-Ngobo (1889-1898), Gamekan-Diyono (1889-1898), Wonokerto-Wates (dibuka 1April 1909), lintas trem listrik dalam kota Surabaya: Wonokromo-Jembatan Merah-Tanjung Perak, Sawahan-Tunjungan, Kayun-Gubengboulivard dengan lintas Cabang ke Stasiun Gubeng (1923-1924).
6.    KSM (Kediri Stoomtarm Mij): Kediri-Jombang (dibuka 7 Januari 1897), Pare-Kencong (dibuka 1 Juni 1898), Pare-Kepung (dibuka 31 Agustus 1898), Pulorajo-Ngoro (dibuka 7 Desember 1898), Ngoro-Kandangan (dibuka 19 Desember 1899), Kencong-Kandangan (dibuka 12 Mei 1899), Gurah-Kawarasan (dibuka 1 Juni 1899), Pesantren-Wates (8 mei 1897), Palem-Papar (8 Mei 1897).
7.MS (Malang Stroomtram Maatschappij): Malang-Baluwalang-Wates-Dampit 1897-1899), Gondanglegi-Kepanjen (dibuka 10 Juni 1900), Tumpang-Singosari (dibuka 27 April 1900), Malang-Blimbing (dibuka 15 Februari 1903), Sedayu-Turen (dibuka 25 September 1908).
8.PsSm (Pasoeroean Stoomtram Maatschppij): Pasuruan-Warungdowo-Bekasi (1896-1897), Warungdowo-Wonorejo-Bakalan-Pasar Alkmaar (1899-1900), Pasuruhan-Kali Gembong (dibuka 6 Agustus 1912.
9.PbSM (Probolinggo Stoomtram Maatschappij): Probolinggo-Phoeton (dibuka 22 Juni 1897), Probolinggo-Umbul-Sumberkareng (dibuka 6 Agustus 1912)
10.MT (Madoera Stoomtram Mij): Kamal-Bangkalan-Tanjung-Kapedi-Kalianget (1898-1899), Kamal-Kwanyar (dibuka 1 September 1913).
11.SCS (Semarang Chirebon Stootram Mij): Tegal-Balapulang (dibuka 17 November 1886), Semarang-Cirebon (1897), Pekalongan-Kedungwuni-Wonopringgo (1916), Losari-Ciledug-Mundu (1897)
12.MSM (Mojokerto Stoomtram Mij): Mojokerto-Porong-bangil (1898-1902).
13.SoTM (Solosche Tramweg Mij): membangun trem yang ditarik kuda dan beroperasi dalam dan sekitar kota Solo.
14.  BOS (Bataviasche Ooster Spoorweg Mij): Jakarta Bekasi (1887)
15.  JSM (Javaasche Spoorweg Mij): Tegal-Balapulang (1886)
16.  BDSM (Babat Djombang Stoomtram Mij): Babat-Jombang (1899-1902)
17.  DSM (Deli Spoorweg Mij): Labuan-Medan (1886), Belawan-Deli-Binjai (1888), Lubukpakam-Bangunpurba (1900-1902)
18.  NITM (Nederlandsch-Indische Tramweg Mij): Jakarta-harmoni-Kramat-Jatinegara-Kampung Melayu (1883-1891)
19.PGSM (Poerwodadi Goendih Stoomtram Mij): Purwodadi-Gundih (1884). Jalur ini dibeli oleh SJS pada tanggal 1 Januari 1892.
20.BETM (Batavia Eletrische Tram Mij): Harmoni-Jakarta (1899-1900), Kali Besar Wetan-Jakarta Poost (dibuka tahun 1907), Menteng-Gambir-Harmonie (dibuka 16 Oktober 1912), Gambir-Vriymetselaarsweg (dibuka 2 Januari 1913). 
21.SSS (Soematra Staatsspoorwegen): Telukbayur/ Emmahaven-Sawahlunto (Selesai 1 Januari 1894), Bukittinggi-Payakumbuh (1896-1906), Lubugkalung-Pariaman-Sungailimau (1910-1921), Panjang-Labuanratu-Kotabumi-Baturaja-Martapura (1914-1924), Seulimeun-Gedeh Breue-Beureunun-Lhoseumaweh-idi-Langsa-Kualasimpang-Semadam-Besitang-Pangkalan Susu (1908-1915).



[1]Sudono., Museum Kereta Api Ambarawa/The Ambarawa Railway Museum. Hlm. 4
[2]Ibid. hlm.1
[3]Ibid. hlm.5-7
[4]Sebagian tulisan pada bagian Pembangunan Rel dan Pengoperasian Kereta Api di Sumatera Barat, diangkat dari Pengantar Pameran Pembukaan dan Peresmian Museum Kereta Api Sawahlunto pada 17 Desember 2005, yang dirangkum Zulfikri dari berbagai sumber yang diperolehnya.
[5]Ibid. hlm.5-7