Showing posts with label Kecelakaan Intelektual di Sumatera Barat. Show all posts
Showing posts with label Kecelakaan Intelektual di Sumatera Barat. Show all posts

Kecelakaan Intelektual di Sumatera Barat

Oleh: Zaiyardam Zubir
Dari DOKTOR BATANG PISANG
-sekali berbuah setelah itu mati-
Sampai GURU BESAR HANYA NAMA (GBHN):
Nestapa Kaum Intelektual di Sumbar[1]

Allah meninggikan derajat orang-orang yang berilmu
(Alquran, Al-Mujadalah: 11)
Tuntutlah ilmu mulai dari turun buaian sampai ke liang lahat 
 (Hadist Nabi Muhammad SAW)
Dan tak satu pun ayat menyebutkan,
Allah meninggikan derajat orang berkuasa
                                                                                    (Kuntowijoyo, 2001) 

 I. Dari Manakah Kita Mulai Menulis ?

Seorang dosen muda berbakat, dengan semangat menggebu-gebu, mendatangi saya. Ia ingin konsultasi soal dunia tulis-menulis. Katanya ia pingin jadi penulis, namun ia menghadapi kesulitan besar. Kesulitan yang dihadapinya adalah ia tidak tahu dari mana harus mulai menulis. Padahal, di kepalanya telah bergumul berbagai gagasan yang radikal dan cemerlang dari proses belajar yang ia lewati. Saya sebenarnya tidak memiliki obat apa pun dalam menghadapi persoalan seperti ini sehingga tidak dapat memberi resep bagi penyakit yang dihadapinya itu. Ketika ia tanyakan bagaimana saya memulai menulis, pengalaman sayalah yang saya ceritakan, sebagaimana juga ingin saya ceritakan dalam forum ini.

Kecelakaan Intelektual di Sumatera Barat


Lanjutan......
Dari DOKTOR BATANG PISANG-sekali berbuah setelah itu mati-
Sampai GURU BESAR HANYA NAMA (GBHN): Nestapa Kaum Intelektual di Sumbar

II. Malapetaka Akademik  atau Keledai Naik Haji

   Seorang Doktor tamatan Eropa pernah bercerita kepada saya tentang penelitian disertasinya di Amerika Latin. Ia meneliti ekosistem sebuah sungai di Amerika Selatan. Penelitiannya meliputi aspek ekosistem yang terdapat di sepanjang sungai itu mulai dari hulu sampai hilir. Ia dapat menceritakan dengan baik perubahan-perubahan tumbuhan, ikan, warna air, dan corak kehidupan manusia di sepanjang sungai. Pengalaman yang amat dahsyat selama penelitian juga ia ceritakan seperti hambatan cuaca, tantangan alam yang keras, dan penduduk yang masih buas. Kalau mengingat-ingat penelitiannya, ia merasakan tidak akan sanggup lagi menjalaninya.

Kecelakaan Intelektual di Sumatera Barat

Lanjutan......
Dari DOKTOR BATANG PISANG-sekali berbuah setelah itu mati-
Sampai GURU BESAR HANYA NAMA (GBHN): Nestapa Kaum Intelektual di Sumbar

III. Induksi dan Deduksi 
Jika dicermati dua bagian di atas, saya berusaha (mungkin saja berhasil atau malahan gagal total) mengungkapkan satu fenomena intelektual di Unand dalam bahasa dan kasus yang populer juga. Adapun kaitannya dengan pelatihan ini adalah upaya mengungkapkan karya yang hendak dihasilkan haruslah menyentuh persoalan yang terjadi di sekitar kita ataupun yang aktual dan yang awet. Menurut hemat saya, menulis buku, baik buku ajar maupun ilmiah, hendaklah populer. Populer di sini diartikan mulai dari pilihan kata yang mudah dicerna (dengan demikian ini menyangkut fungsi bahasa yang tak hanya sebagai alat komunikasi semata, apa lagi slogan asal bisa dimengerti saja, tetapi juga bahasa sebagai alat untuk berpikir) sampai persoalan hidup orang banyak (jangan tanyakan kepada saya bagaimana mempopulerkan kata-kata dalam buku-buku matematika, kimia ataupun teknik. Itu bukan bidang saya dan yang lebih penting lagi adalah saya juga bukan Prof.). Kalau bahasa dan kasus yang dikemukakan dalam buku (baik buku ajar maupun buku lainnya) tidak populer ataupun menyangkut hidup orang banyak, siapa yang mau mendanai, apalagi  membacanya. Bisa-bisa karya yang telah ditulis dengan susah-payah itu masuk keranjang sampah. Siapalah penulis yang suka hal-hal seperti ini.