Steam Roller: Satu Lagi Warisan Abad Uap Dari Sawahlunto


Steam Roller:
Satu Lagi Warisan Abad Uap Dari Sawahlunto
(Setengah Hati + Setengah Dari Masa Masalalu= Rongsokan)


Aveling Barford no AC624 Steam Roller
reg CVC 979 ar Bloxham 09 IMG 5906
Antik, klasik dan menarik itulah kesan yang dapat ditangkap dari benda yang terpajang dalam foto ini bukan? Benda dengan label Aveling Barford no AC624 Steam Roller reg CVC 979 ar Bloxham 09 IMG 5906 itu, disini kita kenal secara umum sebagai mesin giling. Itu.....!? alat yang digunakan untuk meratakan dan pengerasan atau pengaspalan jalan dan lapangan luas. Namun berbeda teknologi dari mesin giling zaman sekarang. Kalau yang jenis dalam foto dan yang ditemukan di Sawahlunto masih generasi teknologi uap.
Agar tidak menyesatkan, perlu terlebih dulu dijelaskan dan ditegaskan diawal, bahwa mesin giling dalam foto diatas bukan yang berada dan ditemukan di Sawahlunto. Foto itu adalah sebuah kondisi steam roller peninggalan abad mesin uap di negeri luar sana. Potret itu menerangkan kepada kita bahwa steam rollernya sudah ditangani sedemikian rupa dengan baik dan terawat. Potret itu hanya sebagai pembanding untuk media belajar bagaimana memperlakukan dan menangani sebuah peninggalan masalalu agar bernilai guna dihari ini bagi kehidupan masa depan jika perlu. Tentu bukan sebagai fungsi sebagaimana mestinya

Darimanakah Gerangan Steam Roller Sawahlunto Datang ?         
Selama bertahun-tahun Inggris dikenal sebagai eksportir besar terhadap kebutuhan roller uap ke berbagai belahan dunia. Aveling dan Porter diantaranya menjadi merek yang paling terkenal dan paling produktif. Menyusul produsen lainnya yang mempopuler produk Marshall, Sons & Co, John Fowler & Co, dan Wallis & Steevens. Sementara di Amerika, produsen terbesar melahirkan mesin giling dengan label  Buffalo Springfield-Roller. Negara-negara lain seperti Ceko, Swiss, Swedia, Jerman dan Belanda juga  menghasilkan mesin giling uap.[1]
Nah......... kalau melihat dan mempelajari bentuk dan struktur fisik steam roller yang terdapat di Sawahlunto. Dengan mengacu pada sample gambar diatas terlihat struktur badan dan roda dengan jari-jarinya memiliki kesamaan. Kalau begitu sepertinya mesin giling uap yang terdapat di Sawahlunto adalah produksi Inggris dengan merk Aveling. Mengenai no seri dan informasi lainnya sejauh ini belum teridentifikasisecara detail.
Informasi lebih keberadaan dan perlakuan serta pemanfaatan dalam bentuk yang begitu hebat ditempat lain terhadap benda ini baru diperoleh belakangan. Padahal sejak dua tahun yang lalu Sawahlunto sudah mengkoleksinya tapi kondisinya hanya baru berpindah tempat, dari lokasi ditemukannya ke sekitar areal Stasiun (Museum Kereta Api) Sawahlunto.
Usaha pelacakan informasi itu juga berkat kegigihan seorang teman, sejarawan muda dari Museum Goedang Ransoem. Rasa penasaran ingin menemukan rupa utuh dari steam roller yang ditemukan dalam keadaan memprihatinkan di Sawahlunto sejak dua tahun lalu terus mengangu pikirannya. Dedi begitu ngotot menelusuri data melalui dunia maya. Hingga pada akhirnya ia menemukan berbagai foto steam roller yang ternyata menakjubkan penuh daya tarik setelah dikelola. Berbagai tipe dengan tampilan klasiknyapun ia dapatkan berupa bahan–bahan foto.
Ahh....... teringatlah sang teman akan keberadaan benda yang dimobilisasi dengan susah payah dua tahun yang lalu. Untuk memobilisasinya tidak gampang kala itu. Apalagi benda serba besi ini beratnya mencapai tonan hingga harus mendatangkan mobil tronton yang biasa membawa alat berat. Lokasi tempat mesin giling tua dengan teknologi uap itu juga relatif susah dilalui untuk upaya mobilisasi. Alat berat keruk pun dikerahkan dari Dinas Pekerjaan Umum Sawahlunto untuk membuka jalan ke lokasi benda langka itu berada. Kalau tidak bagaimana truk pengangkut dan alat berat bisa masuk mendekat.
Mesin giling uap itu sudah puluhan tahun tergelatak begitu saja diantara tumpukan berbagai alat berat tambang batubara. Lokasinya memang berada dekat bangunan workshop perlatan tambang. Tapi gedung itu juga sudah tidak difungsikan dan ditinggalkan begitu saja sejak tambang batubara Sawahlunto tidak lagi berproduksi oleh PT. BA-UPO. Kondisi beragam alat berat itu sudah rusak, tidak terawat. Disana-sini ditumbuhi semak belukar. Kalau saja teknologi modern nan canggih sudah tidak lagi dapat perhatian meskipun rusak, apalagi steam roller dari puluhan lalu?
Diantara beragam serakan alat berat dan truk-truk raksasa yang membesi tua itu terseliplah steam roller yang disebut-sebut mesin giling bertenaga uap itu. Begitu jalan terbuka alat berat dan truk tronton dapat masuk untuk mengangkat dan mengakut sedikit lega, satu tahapan pekerjaan sudah selesai. Tinggal menaikan ke truk dengan bantuan alat berat. Tidak gampang juga meskipun sudah menggunakan alat berat. Karena roda steam roller sudah tidak dapat bergerak karena sudah terkunci akibat karatan. Jelas benda ini sudahlah tidak berfungsi dan terlantar sekian puluh tahun sejak tugas dan fungsinya tergantikan oleh teknologi penerusnya yang jauh lebih canggih dan efektif.
Steam Roller saat di mobilsasi tahun 2009 lalu
Akhirnya setelah sekian jam usaha menaikan keatas truk berhasil juga. Truk kemudian bergerak menuju lokasi museum Kereta Api di Kampung Teleng Sawahlunto tempat dimana mesin giling uap itu akan dibongkar dan ditempatkan. Sejak itu temuan benda langka dan bersejarah ini menjadi salah satu koleksi out door di sekitar Stasiun dan Museum Kereta Api Sawahlunto. Bagaimana kondisi sejak ditemukan dan posisi diturunkan dari truk pengangkut hingga saat ini, masih seperti itu. Belum berubah, belum ditangani atau dikonservasi.
Padahal kalau kita berkaca dari dunia luar, bagaimana benda itu diperlakukan dan dimanfaatkan dalam bentuk lain rasanya dapat mewarnai dan menjadi daya tarik dunia pariwisata Sawahlunto dari sudut kemasalampauan. Bukankah kejadulan satu sisi menjadi daya pikat. Sebagai masyarakat biasa, hanya bergumam dan berkata-kata dalam hati yang dapat dilakukan. Entahlah, setengah hati tambah 'setengah jejak' masalalu hasilnya dijamin sama dengan ronsokan.

Menunggu Kepedulian, Menyimpan Banyak Potensi
Steam Roller Di Stasiun/Museum Kereta Api Sawahlunto
Seiring berlalunya era tekonologi uap yang diregenerasi teknologi diesel dan sejenisnya, bukan berarti mesin giling tenaga uap tergilas dan tercampak begitu saja. Menyedihkan sekali rasanya kalau hanya dianggap sebagai besi tua yang hanya pantas dilebur untuk daur ulang. Atau membiarkannya begitu saja lapuk dimakan usia dan karena proses alam terlebih perilaku buruk manusia sekitarnya dengan hanya menilai sebagai besi kiloan?.
Bukan kita COPAS (copy paste), meniru dan sejenisnyalah terhadap dunia luar memandang dan memperlakukan sebuah warisan masalalu dari abad teknologi dalam bentuk mesin giling uap. Fakta dan kenyataan membuktikan kepada kita. Kalau saja kita di Indonesia khususnya di Sawahlunto mampu memperlakukan dan menangani steam roller yang sekarang terkapar begitu dipinggir rel di Stasiun/Museum Kereta Api Sawahlunto.
Sepertinya mesin giling kuno itu menemukan nilai barunya di luar sana. Upaya yang sama juga dapat dilakukan di Indonesia, Sawahlunto khususnya yang saat ini memiliki potensi itu. Ada beberapa nilai dan manfaat yang dapat dimaksimalkan dari tinggalan ini. Pertama selain sebagai koleksi out door museum, kedua juga sebagai properti yang menjadi daya tarik dalam dunia kepariwisataan. Lebih dari itu adalah upaya mengabadikan warisan teknologi dari abad mesin uap. Pada bagian ini dua nilai sekaligus berjalan bersamaan, ketiga upaya melestarikan Benda Cagar Budaya (BCB) dan keempat sebagai sarana dan media belajar mengenal perkembangan teknologi mesin bagi para siswa dan siswi di Sawahlunto dan Sumatera Barat khususnya.
Mengingat latarbelakang Sawahlunto sebagai kota dipicu terbentuknya akibat  industri tambang batubara. Sejak permulaan abad 19 ketika kegiatan ekploitasi batubara ditancapkan berbagai akses diperlukan. Kebutuhan akan sarana jalan menjadi vital dalam transportasi kendaraan mengangkut barang-barangdan bagi bagi mobilitas penduduk kota tambang Sawahlunto. Kita sangatlah yakin mesin giling uap (steam roller) berperan banyak dan mengabdi untuk itu sepanjang jalan di Sawahlunto bahkan mungkin Minangkabau. Sangatlah perlu dan penting kiranya melestarikan keberadaan satu-satunya temuan mesin giling uap (steam roller) yang diketahui saat ini sejak 2009 lalu di Sawahlunto. Dengan kondisi sekarang, restorasi atau konservasi, revitalisasi semaksimal mungkin diharapkan bisa dilakukan agar memperoleh hasil dan manfaat lebih.

Steam Roller saat beroperasi
mengerjakan jalan daerah Bandung Jawa Barat
Sumber Foto: COLLECTIE_TROPENMUSEUM
 
Jangan-jangan di Indonesia tidak satupun sang pengabdi selama berpuluh-puluh tahun pada pembangunan berbagai jalan di Indonesia dilestarikan. Sementara pada berbagai rekaman sumber foto menunjukkan dari zaman Pemerintah Hindia Belanda sampai di Indonesia merdeka, steam roller terus berkiprah setidak-tidaknya hingga tahun 1960-an.
Masa pengabdian mesin giling untuk meratakan jalan-jalan dan area lapangan luas yang perlu diratakan ini tercatat mencapai 50-60 tahun. Sebuah usia yang tidak pendek untuk sebuah operasional teknologi buatan manusia. Hal ini juga menunjukkan penghitungan yang matang dari penggunaan kwalitas bahan pembuat serta maintenancenya kala dan pasca beroperasi. Inilah simbol dan wujud dari perencanaan, aplikasi/implementasi yang matang dan terintegrasi serta terkoreksi.
Semoga kita mampu dan tidak setengah hati menterjemahkan, memaknai dan memberinya arti sehingga ‘jejak yang tidak sempurna’ itu dapat memberi manfaat lain pada masa kini dan akan akan datang. Apa kita ingin mendengar kata-kata seperti ini; yang dahulu mendapati, yang kemudian kehilangan tambah lagi tidak tahu sama sekali jejaknya.


[1] Diolah dari Wikipedia.com